KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Alloh SWT yang telah menolong
hamba-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan penuh
kemudahan, tanpa pertolongan Alloh mungkin makalah ini tidak akan terselesaikan
dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui
tentang peristiwa detik-detik Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang kami
sajikan dari hasil pengamatan berbagai sumber. Makalah ini disusun melalui
banyak rintangan, baik itu yang datang dari diri sendiri maupun faktor lain
dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Alloh maka makalah
ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia” sebagai salah satu tugas dari sekolah SMA N1 Maos. Saya mengucapkan
banyak terimakasih kepada guru dan teman-teman yang telah membantu penyusunan
makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan kita rasa
nasionalisme yang lebih tinggi dan wawasan tentang sejarah republik indonesia.
Karena makalah ini masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca. Terima Kasih,
Penyusun,
Nofiyanto
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
BAB
I : PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. PEMBATASAN MASALAH
3. PERUMUSAN MASALAH
BAB
II : TELAAH SEJARAH, KEJADIAN, DAN PERINGATAN
1. Peristiwa
Rengasdengklok
a.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana
Muda Maeda
2. Detik-detik Pembacaan
Naskah Proklamasi
3. Isi Teks
Proklamasi
a.
Naskah baru setelah mengalami perubahan
b.
Naskah Otentik
4. Teks pidato proklamasi
kemerdekaan Indonesia
5. Cara
Penyebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
6. Peringatan 17 Agustus
1945
a.
Lomba-lomba tradisional
b.
Peringatan Detik-detik Proklamasi
BAB
III : PENUTUP
1. SIMPULAN
2. KRITIK DAN SARAN
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I : PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pada tanggal 6 Agustus 1945 sebuah bom atom dijatuhkan di
atas kota Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat yang mulai
menurunkan moral semangat tentara Jepang di seluruh dunia. Sehari kemudian
Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia BPUPKI, atau
"Dokuritsu Junbi Cosakai", berganti nama menjadi PPKI (Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau disebut juga Dokuritsu Junbi Inkai dalam bahasa Jepang,
untuk lebih menegaskan keinginan dan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 9 Agustus 1945, bom atom kedua
dijatuhkan di atas Nagasaki sehingga
menyebabkan Jepang menyerah kepada Amerika Serikat dan sekutunya. Momen ini pun
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memproklamasikan kemerdekaannya
Soekarno, Hatta selaku pimpinan PPKI dan Radjiman
Wedyodiningrat sebagai
mantan ketua BPUPKI diterbangkan ke Dalat, 250 km di
sebelah timur laut Saigon, Vietnam untuk bertemu Marsekal Terauchi. Mereka
dikabarkan bahwa pasukan Jepang sedang di ambang kekalahan dan akan memberikan
kemerdekaan kepada Indonesia. Sementara itu di Indonesia, pada tanggal 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir telah mendengar
berita lewat radio bahwa Jepang telah menyerah kepada Sekutu. Para pejuang
bawah tanah bersiap-siap memproklamasikan kemerdekaan RI, dan menolak bentuk
kemerdekaan yang diberikan sebagai hadiah Jepang.
Pada tanggal 12 Agustus 1945, Jepang melalui Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam,
mengatakan kepada Soekarno, Hatta dan Radjiman bahwa pemerintah Jepang akan
segera memberikan kemerdekaan kepada Indonesia dan proklamasi kemerdekaan dapat
dilaksanakan dalam beberapa hari, tergantung cara kerja PPKI.[1] Meskipun demikian
Jepang menginginkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24 Agustus.
Dua hari kemudian, saat Soekarno, Hatta dan Radjiman kembali ke tanah
air dari Dalat, Sutan Syahrir mendesak agar
Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan karena menganggap hasil pertemuan
di Dalat sebagai tipu muslihat Jepang, karena Jepang setiap saat sudah harus
menyerah kepada Sekutu dan demi menghindari perpecahan dalam kubu nasionalis,
antara yang anti dan pro Jepang. Hatta menceritakan kepada Syahrir tentang
hasil pertemuan di Dalat. Soekarno belum yakin bahwa Jepang memang telah
menyerah, dan proklamasi kemerdekaan RI saat itu dapat menimbulkan pertumpahan
darah yang besar, dan dapat berakibat sangat fatal jika para pejuang Indonesia
belum siap. Soekarno mengingatkan Hatta bahwa Syahrir tidak berhak
memproklamasikan kemerdekaan karena itu adalah hak Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Sementara itu Syahrir menganggap PPKI adalah badan buatan
Jepang dan proklamasi kemerdekaan oleh PPKI hanya merupakan 'hadiah' dari
Jepang (sic).
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah
kepada Sekutu. Tentara dan Angkatan Laut
Jepang masih
berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan mengembalikan kekuasaan
di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis, dan Chaerul Saleh
mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah
mendengar desas-desus Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak
golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan
tua tidak ingin terburu-buru. Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan
darah pada saat proklamasi. Konsultasi pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI.
Golongan muda tidak menyetujui rapat itu, mengingat PPKI adalah sebuah badan
yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan kemerdekaan atas usaha bangsa
kita sendiri, bukan pemberian Jepang.
Soekarno dan Hatta mendatangi penguasa militer Jepang (Gunsei)
untuk memperoleh konfirmasi di kantornya di Koningsplein (Medan
Merdeka). Tapi kantor tersebut kosong.
Soekarno dan Hatta bersama Soebardjo kemudian ke kantor Bukanfu, Laksamana Muda Maeda, di Jalan Medan
Merdeka Utara (Rumah Maeda di Jl Imam Bonjol 1). Maeda menyambut kedatangan
mereka dengan ucapan selamat atas keberhasilan mereka di Dalat. Sambil menjawab
ia belum menerima konfirmasi serta masih menunggu instruksi dari Tokyo.
Sepulang dari Maeda, Soekarno dan Hatta segera mempersiapkan pertemuan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada pukul 10 pagi 16 Agustus keesokan
harinya di kantor Jalan Pejambon No 2 guna membicarakan segala sesuatu yang
berhubungan dengan persiapan Proklamasi Kemerdekaan.
Sehari kemudian, gejolak tekanan yang menghendaki pengambilalihan kekuasaan
oleh Indonesia makin memuncak dilancarkan para pemuda dari beberapa golongan.
Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan
Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa
Rengasdengklok.
2.
PEMBATASAN
MASALAH
Untuk memperjelas ruang lingkup dalam pembahasan ini, maka hal berkaitan yang di
bahas dibatasi pada masalah :
- Peran Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta dalam Kemerdekaan Indonesia.
- Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia sebagai pembangkit rasa nasionalisme dalam jati diri bangsa.
3. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut,
masalah-masalah yang di bahas dapat dirumuskan sebagai berikut :
- Bagaimana deskripsi perjuangan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan seluruh bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan RI?
- Bagaimana deskripsi cara agar bangsa Indonesia bisa lebih menghargai perjuangan pahlawan di masa lampau? Untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan Negara.
BAB
II : TELAAH SEJARAH, KEJADIAN, DAN PERINGATAN
1.
Peristiwa
Rengasdengklok
Para
pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana --yang konon kabarnya terbakar gelora
heroismenya setelah berdiskusi dengan Ibrahim gelar
Datuk Tan Malaka --yang tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran,
dan pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945. Bersama Shodanco Singgih, salah seorang
anggota PETA, dan pemuda lain, mereka membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, ke
Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Ir. Soekarno dan Drs.
Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Di sini, mereka kembali meyakinkan
Soekarno bahwa Jepang telah menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan
Jepang, apa pun risikonya. Di Jakarta, golongan muda, Wikana, dan golongan tua,
yaitu Mr.
Ahmad Soebardjo melakukan perundingan. Mr. Ahmad Soebardjo menyetujui untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jakarta. maka diutuslah Yusuf Kunto
untuk mengantar Ahmad Soebardjo ke Rengasdengklok. Mereka
menjemput Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke Jakarta. Mr. Ahmad
Soebardjo berhasil meyakinkan para pemuda untuk tidak terburu - buru
memproklamasikan kemerdekaan. Setelah tiba di Jakarta, mereka pulang kerumah
masing-masing. Mengingat bahwa hotel Des Indes (sekarang kompleks pertokoan di
Harmoni) tidak dapat digunakan untuk pertemuan setelah pukul 10 malam, maka
tawaran Laksamana Muda Maeda untuk menggunakan rumahnya (sekarang gedung museum
perumusan teks proklamasi) sebagai tempat rapat PPKI diterima oleh para tokoh
Indonesia
a.
Pertemuan Soekarno/Hatta dengan Jenderal Mayor Nishimura dan Laksamana
Muda Maeda.
Malam
harinya, Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Mayor Jenderal Moichiro Yamamoto, Kepala Staf Tentara ke XVI
(Angkatan Darat) yang menjadi Kepala pemerintahan militer Jepang (Gunseikan)
di Hindia
Belanda tidak mau
menerima Sukarno-Hatta yang diantar oleh Tadashi Maeda dan memerintahkan agar Mayor
Jenderal Otoshi Nishimura, Kepala Departemen Urusan Umum pemerintahan militer Jepang, untuk
menerima kedatangan rombongan tersebut. Nishimura mengemukakan bahwa sejak
siang hari tanggal 16 Agustus 1945 telah diterima perintah dari Tokyo bahwa Jepang harus menjaga status quo, tidak dapat memberi
izin untuk mempersiapkan proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebagaimana telah
dijanjikan oleh Marsekal Terauchi di Dalat, Vietnam. Soekarno dan Hatta menyesali
keputusan itu dan menyindir Nishimura apakah itu sikap seorang perwira yang
bersemangat Bushido, ingkar janji agar dikasihani oleh Sekutu. Akhirnya
Sukarno-Hatta meminta agar Nishimura jangan menghalangi kerja PPKI, mungkin
dengan cara pura-pura tidak tau. Melihat perdebatan yang panas itu Maeda dengan
diam-diam meninggalkan ruangan karena diperingatkan oleh Nishimura agar Maeda
mematuhi perintah Tokio dan dia mengetahui sebagai perwira penghubung Angkatan
Laut (Kaigun) di daerah Angkatan Darat (Rikugun) dia tidak punya wewenang
memutuskan.
Setelah dari
rumah Nishimura, Sukarno-Hatta menuju rumah Laksamana Maeda (kini Jalan Imam Bonjol No.1)
diiringi oleh Myoshi guna melakukan rapat untuk menyiapkan teks Proklamasi. Setelah menyapa Sukarno-Hatta
yang ditinggalkan berdebat dengan Nishimura, Maeda mengundurkan diri menuju
kamar tidurnya. Penyusunan teks Proklamasi dilakukan oleh Soekarno, M. Hatta,
Achmad Soebardjo dan disaksikan oleh Soekarni, B.M. Diah, Sudiro (Mbah) dan Sayuti Melik. Myoshi yang setengah mabuk
duduk di kursi belakang mendengarkan penyusunan teks tersebut tetapi kemudian
ada kalimat dari Shigetada Nishijima seolah-olah dia ikut mencampuri penyusunan
teks proklamasi dan menyarankan agar pemindahan kekuasaan itu hanya berarti
kekuasaan administratif. Tentang hal ini Bung Karno menegaskan bahwa pemindahan
kekuasaan itu berarti "transfer of power". Bung Hatta, Subardjo, B.M
Diah, Sukarni, Sudiro dan Sajuti Malik tidak ada yang membenarkan klaim Nishijima
tetapi di beberapa kalangan klaim Nishijima masih didengungkan.
Setelah
konsep selesai disepakati, Sajuti menyalin dan mengetik naskah tersebut
menggunakan mesin ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman, milik
Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. Pada awalnya pembacaan proklamasi akan
dilakukan di Lapangan
Ikada, namun
berhubung alasan keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur 56[(sekarang Jl. Proklamasi no. 1).
2. Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi.
Perundingan
antara golongan muda dan golongan tua dalam penyusunan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung pukul 02.00 - 04.00 dini hari. Teks
proklamasi ditulis di ruang makan di laksamana Tadashi Maeda Jln Imam Bonjol No
1. Para penyusun teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan
Mr. Ahmad Soebarjo. Konsep teks proklamasi ditulis oleh Ir. Soekarno sendiri.
Di ruang depan, hadir B.M Diah Sayuti Melik, Sukarni dan Soediro. Sukarni
mengusulkan agar yang menandatangani teks proklamasi itu adalah Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Teks Proklamasi Indonesia itu
diketik oleh Sayuti Melik. Pagi harinya, 17 Agustus 1945, di kediaman Soekarno,
Jalan Pegangsaan Timur 56 telah hadir antara lain Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara dimulai pada pukul 10:00
dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat tanpa
teks. Kemudian bendera Merah Putih, yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati,
dikibarkan, disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil
walikota Jakarta saat itu dan Moewardi, pimpinan Barisan Pelopor.
Pada awalnya
Trimurti diminta untuk menaikkan bendera
namun ia menolak dengan alasan pengerekan bendera sebaiknya dilakukan oleh
seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah Latief
Hendraningrat, seorang
prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas
tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera
Merah Putih (Sang Saka
Merah Putih), yang
dijahit oleh Fatmawati beberapa hari sebelumnya.
Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya.[4]. Sampai saat ini, bendera pusaka
tersebut masih disimpan di Museum Tugu Monumen Nasional.
Setelah
upacara selesai berlangsung, kurang lebih 100 orang anggota Barisan Pelopor yang dipimpin S.Brata datang
terburu-buru karena mereka tidak mengetahui perubahan tempat mendadak dari
Ikada ke Pegangsaan. Mereka menuntut Soekarno mengulang pembacaan Proklamasi,
namun ditolak. Akhirnya Hatta memberikan amanat singkat kepada mereka.
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengambil keputusan, mengesahkan dan menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang selanjutnya dikenal sebagai UUD 45. Dengan demikian terbentuklah Pemerintahan Negara Kesatuan Indonesia yang berbentuk Republik (NKRI) dengan kedaulatan di tangan rakyat yang dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang akan dibentuk kemudian.
Setelah itu
Soekarno dan M.Hatta terpilih atas usul dari Oto Iskandardinata dan persetujuan
dari PPKI sebagai presiden dan wakil presiden Republik Indonesia yang pertama.
Presiden dan wakil presiden akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.
“ Potret
asli naskah Proklamasi “
3. Isi Teks
Proklamasi.
Naskah Klad
Kami bangsa Indonesia dengan ini
menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan
d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempoh jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-05
Wakil-wakil bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
a.
Naskah baru setelah mengalami perubahan
Di dalam teks proklamasi terdapat
beberapa perubahan yaitu terdapat pada:
- Kata tempoh diubah menjadi tempo
- Kata Wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi Atas nama bangsa Indonesia
- Kata Djakarta, 17-8-05 diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 08 tahun '05
- Naskah proklamasi klad yang tidak ditandatangani kemudian menjadi otentik dan ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh.Hatta
- Kata Hal2 diubah menjadi Hal-hal
Isi teks proklamasi kemerdekaan yang singkat ini adalah:
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan
kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan
d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara seksama dan dalam tempo jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta
Di sini ditulis tahun 05 karena ini sesuai dengan tahun Jepang yang kala itu adalah tahun 2605.
- Naskah Otentik
Teks diatas merupakan hasil ketikan
dari Sayuti Melik (atau Sajoeti Melik), salah seorang tokoh
pemuda yang ikut andil dalam persiapan proklamasi.
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan
kemerdekaan Indonesia.
Hal² jang mengenai pemindahan kekoeasaan
d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang
sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17-8-'05
Wakil2 bangsa Indonesia.
4.
Teks pidato proklamasi
kemerdekaan Indonesia
Saudara-saudara
sekalian!
Saya telah
meminta Anda untuk hadir di sini untuk menyaksikan peristiwa dalam sejarah kami
yang paling penting.
Selama beberapa
dekade kita, Rakyat Indonesia, telah berjuang untuk kebebasan negara
kita-bahkan selama ratusan tahun!
Ada gelombang
dalam tindakan kita untuk memenangkan kemerdekaan yang naik, dan ada yang
jatuh, namun semangat kami masih ditetapkan dalam arah cita-cita kami.
Juga selama
zaman Jepang usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak pernah
berhenti. Pada zaman Jepang itu hanya muncul bahwa kita membungkuk pada mereka.
Tetapi pada dasarnya, kita masih terus membangun kekuatan kita sendiri, kita
masih percaya pada kekuatan kita sendiri.
Kini telah
hadir saat ketika benar-benar kita mengambil nasib tindakan kita dan nasib
negara kita ke tangan kita sendiri. Hanya suatu bangsa cukup berani untuk
mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri akan dapat berdiri dalam kekuatan.
Oleh karena
semalam kami telah musyawarah dengan tokoh-tokoh Indonesia dari seluruh Indonesia.
Bahwa pengumpulan deliberatif dengan suara bulat berpendapat bahwa sekarang
telah datang waktu untuk mendeklarasikan kemerdekaan.
Saudara-saudara:
Bersama ini
kami menyatakan solidaritas penentuan itu.
Dengarkan
proklamasi kami:
PROKLAMASI,
KAMI
BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA. HAL-HAL YANG
MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA
DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA.
DJAKARTA,
17 Agustus 1945
ATAS
NAMA BANGSA INDONESIA
SUKARNO-HATTA
SUKARNO-HATTA
Jadi, Saudara-saudara!
Kita sekarang
sudah bebas!
Tidak ada lagi
penjajahan yang mengikat negara kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini
kita membangun negara kita. Sebuah negara bebas, Negara Republik
Indonesia-lamanya dan abadi independen. Semoga Tuhan memberkati dan membuat
aman kemerdekaan kita ini!
5.
Cara Penyebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Wilayah
Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat terbatas. Di samping itu,
hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh pasukan Jepang di
Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi
mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat
berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat
Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan
secara cepat dan segera menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks
proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian Radio dari Kantor Domei
(sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen.
Ia menerima teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama
Syahruddin. Kemudian ia memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita
proklamasi disiarkan tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz
melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio sambil
marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui
udara.
Meskipun orang
Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi
Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi
kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran
berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa
memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada
tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para
pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para
pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei)
ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya
Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru
di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita
proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan
perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan
melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam
penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya
merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda
yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan
Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada rakyat Indonesia
melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding tembok dan
gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect our Constitution, August
17!(Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!) Melalui berbagai cara
dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat
tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar negeri. Di samping melalui media
massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan
daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut
menyebarkan berita proklamasi.
- Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
- Sam Ratulangi dari Sulawesi.
- Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
- A. A. Hamidan dari Kalimantan.
6.
Peringatan 17 Agustus
1945
Setiap tahun pada tanggal 17 Agustus, rakyat
Indonesia merayakan Hari Proklamasi Kemerdekaan ini dengan meriah. Mulai dari lomba panjat
pinang, lomba makan
kerupuk,
sampai upacara militer di Istana Merdeka, seluruh
bagian dari masyarakat ikut berpartisipasi dengan cara masing-masing.
- Lomba-lomba Tradisional
Perlombaan yang
seringkali menghiasi dan meramaikan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI diadakan di
kampung-kampung/ pedesaan diikuti oleh warga setempat dan dikoordinir oleh
pengurus kampung/ pemuda desa
- Panjat pinang
- Balap bakiak
- Tarik tambang
- Sepeda lambat
- Makan kerupuk
- Balap karung
- Perang bantal
- Pemecahan balon
- Pengambilan koin dalam terigu
- Lari Kelereng
b. Peringatan
Detik – detik Proklamasi.
Peringatan detik-detik Proklamasi di Istana
Merdeka dipimpin oleh Presiden
RI
selaku Inspektur Upacara. Peringatan
ini biasanya disiarkan secara langsung oleh seluruh stasiun televisi.
Acara-acara pada pagi hari termasuk: penembakan meriam dan sirene, pengibaran
bendera Sang Saka Merah Putih (Bendera Pusaka), pembacaan naskah
Proklamasi, dll. Pada sore hari terdapat acara penurunan bendera Sang Saka
Merah Putih.
BAB
III : PENUTUP
1.SIMPULAN
Berdasarkan uraian bahasan “ Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia “ dapat disimpulkan bahwa :
- Peranan Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta dan seluruh bangsa Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan sangat penting sebagai bagian dari sejarah bangsa ini.
- Semua nilai-nilai yang terkandung dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik ini harus di maknai dan diwariskan kepada generasi penerus.
- Jadikan Peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia sebagai penguat rasa nasionalisme dalam jati diri bangsa.
2.KRITIK DAN SARAN
Bertolak dari peranan Para pahlawan yang
begitu besar dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, penyusun
memberikan kritik dan saran sebagai berikut
- Kritik
Kritikan saya tujukan kepada masyarakat
Indonesia yang tidak bisa menghargai perjuangan Pahlawan, itu tercermin dari
bagaimana mereka seenaknya berbuat berbagai kerusuhan, tindak Korupsi, dan
pembodohan bangsa.
- Saran
Saya Menyarankan kepada Pemimpin negeri ini
untuk selalu menanamkan nilai-nilai kepahlawanan dalam semua aspek pendidikan
di Indonesia, serta melakukan kajian-kajian tentang pembenahan sistem yang ada
sekarang agar Indonesia kedepannya menjadi lebih baik. Tentu hal ini tidak
boleh lepas dari nilai-nilai sejarah bangsa Indonesia yang berbudi luhur.
DAFTAR PUSTAKA
- Buku pendidikan Kewarganegaraan
- Buku pendidikan Sejarah Nasional.
- Id.wikipedia.org
- www.tinta-cerita.blogspot.com
thanks gan . . . :-)
ReplyDelete